Yogyakarta (ANTARA News) - Batik tulis dengan pewarnaan yang menggunakan bahan alam produksi perajin di Yogyakarta menembus pasar negara-negara kawasan Asia dan Eropa.
Menurut pengelola Sogan Haritage di Desa Rejodani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lisa Sabung, Senin, batik tulis dengan pewarna alami ini tidak hanya dijual ke berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga diekspor ke beberapa negara di kawasan Asia dan Eropa.
"Batik tulis sogan sampai sekarang sudah menembus pasar negara-negara di Asia seperti Malaysia dan Singapura, dan Eropa serta Kanada," katanya.
Ia mengatakan tidak hanya batik tulis dengan pewarna alami yang diekspor, tetapi juga batik tulis dengan perwarnaan sintetis atau menggunakan bahan kimia yang juga laku di pasaran Asia serta Eropa.
"Kami tidak rutin mengekspor batik tulis sogan, tetapi tergantung permintaan atau pesanan para calon pembeli di luar negeri. Rata-rata permintaan mereka antara 300 hingga 500 potong kain batik tulis dengan pewarna alami dan sintetis dalam sekali pesan," katanya.
Lisa mengatakan kain yang digunakan untuk membuat batik tulis ini terdiri atas dua jenis yaitu katun dan sutera.
Menurut dia, peminat batik tulis dengan bahan katun lebih banyak yaitu sekitar 80 persen jika dibandingkan dengan peminat batik ini yang menggunakan kain sutera yang hanya 20 persen. "Ini karena batik dengan bahan kain katun dapat dipakai kapan saja, dan tidak terkesan formal," katanya.
Berbeda dengan batik yang menggunakan kain sutera, kata dia cenderung dikenakan pada acara formal.
Sementara itu, menurut Lisa Sabung, warna batik tulis sogan yang paling disukai konsumen adalah warna cerah. "Yaitu merah, hijau, dan kuning, cenderung menjadi warna favorit, karena terlihat elegan dan terkesan lebih muda bagi pemakainya," katanya.
Ia menyebutkan harga kain batik tulis sogan, baik yang menggunakan pewarna alami maupun pewarna sintetis antara Rp200.000 hingga Rp300.000 per potong.
Sogan Haritage mempekerjakan 53 orang, semuanya ibu rumah tangga dari sekitar desa setempat. "Dengan jumlah tenaga kerja sebanyak itu, kami mampu memproduksi kain batik tulis sogan dengan pewarnaan alami maupun sintetis rata-rata 500 potong per bulan," katanya.
Sedangkan kain batik yang dimodifikasikan dengan aplikasi, kata dia mampu memproduksi rata-rata100 potong per bulan.
Lisa mengatakan keistimewaan batik tulis sogan bukan pada motifnya, tetapi proses membatiknya, dan inovasi warna dalam setiap desain.
"Kami ingin menonjolkan proses membatiknya, yakni menggunakan alat manual, tidak menggunakan cara printing, serta ingin menyajikan warna batik yang elegan, cerah, dan tidak terkesan monoton," katanya.
(ANT161/M008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010