Kepala Dinas Penerangan Komando Armada RI Kawasan Timur, Letkol Laut (Kh) Yayan Sugiana, di Surabaya, Selasa, mengatakan, tidak ada korban jiwa, baik dari kalangan personel TNI-AL maupun kadet Akademi Angkatan Laut yang menjalankan misi diplomasi di beberapa negara Eropa, dalam peristiwa itu.
"Namun ombak yang menghantam kapal hingga 30 jam itu juga memporakporandakan isi ruangan kapal," katanya mengutip keterangan dari Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P) Suharto dari Cagliari.
Menurut dia ombak setinggi tujuh meter itu mengepung kapal tersebut hingga mengalami kemiringan 40 derajat. "Kondisi itu sangat berbahaya dan tidak biasa terjadi, mengingat keadaan angin dan tekanan udara dalam keadaan normal," katanya.
Pada saat peristiwa itu terjadi, kecepatan angin 10-20 knot, sedangkan tekanan udara 1.010-1.020 mb. "Keadaan normal kembali setelah kapal memasuki English Channel (Selat Inggris)," katanya.
Informasi cuaca yang disampaikan Suharto melalui "Weather Fax" menyebutkan bahwa tekanan udara 1.005 mb terus meningkat sampai 1.020 mb selama 24 jam.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, angin itu membawa gelombang yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan seluruh awak kapal dan kadet harus berjibaku melawan ganasnya ombak dan alam yang kurang bersahabat itu selama 30 jam.
Peristiwa ombak tinggi yang dialami KRI Dewaruci saat ini lebih tinggi daripada peristiwa saat KRI Dewaruci dihantam ombak pada 2004 di Okinama, Jepang.
KRI Dewaruci kembali melanjutkan perjalanan menuju Cagliari setelah menjalani perbaikan di Brest, Prancis.
KRI Dewaruci meninggalkan Jerman setelah mengikuti "Sail Bremerhaven" selama lima hari. (ANT/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010