Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan kekecewaannya karena masih ditemui kasus korupsi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan Bea dan Cukai.

"Dalam bahasa terang saya harus menyampaikan kekecewaan karena masih ada korupsi di lingkungan saudara...masih ada oknum petugas pajak yang kejahatannya itu luar biasa, tidak pernah terbayangkan," kata Presiden saat memberikan pengarahan kepada jajaran Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai di Istana Negara Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, kata Presiden, apabila terjadi demoralisasi dan demotivasi di lingkungan Ditjen Pajak akibat hujatan masyarakat hendaknya Ditjen Pajak melakukan introspeksi.

"Demoralisasi dan demotivasi sumbernya, biang keladinya, karena perilaku dari sejumlah oknum yang mencoreng nama baik Direktorat Jenderal Pajak dan, pada kasus-kasus tertentu, di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai," katanya.

Presiden merujuk pada kasus beruntun yang melibatkan Ditjen Pajak terutama yang terkait dengan penggelapan pajak Gayus Tambunan dan Bahasyim Asidi serta pemalsuan restitusi pajak di Surabaya dan Bandung.

Sekalipun merasa kecewa dengan masih ditemuinya kasus-kasus penggelapan yang dilakukan oknum di Ditjen Pajak namun Presiden juga mengaku senang dengan kinerja lembaga itu.

"Di satu sisi saya senang dan bersyukur, di sisi yang lain saya masih kecewa dan prihatin," ujarnya.

Kepala Negara bersyukur dan senang karena tahun demi tahun penerimaan dari pajak dan bea cukai terus meningkat.

"Ini dicerminkan pula oleh penerimaan negara sejak tahun 2005-2009. APBN 2004, misalnya, total ditambah defisit sekitar satu persen itu kurang dari Rp500 triliun. APBN 2009 sudah melampaui angka Rp1.000 triliun, dua kali lipat lebih. Dan kita tahu bahwa sekitar 70 persen dikontribusikan dari penerimaan negara dari pajak dan bea cukai," jelasnya.

Presiden juga senang karena reformasi perpajakan dan reformasi kepabeaan menunjukkan hasil nyata, meskipun belum selesai sepenuhnya.
(G003*F008/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010