Banyuwangi (ANTARA News) - Front Pembela Islam (FPI) bersama Forum Banyuwangi Cinta Damai dan LSM Gerak membubarkan acara sosialisasi kesehatan gratis yang digelar Komisi IX DPR di salah satu rumah makan di Kelurahan Pakis, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
"Ini ada komunitas anggota PKI (Partai Komunis Indonesia). Kenapa ada di sini?" kata Ketua FPI Banyuwangi, Aman Faturahman, kepada sejumlah peserta pertemuan yang terkejut melihat kehadiran anggota FPI itu.
Acara sosialisasi kesehatan gratis itu dihadiri Ketua Komisi IX DPR, dr. Ribka Tjiptaning Proletariati dan anggota Komisi IX, Rieke Dyah Ayu Pitaloka.
Melihat suasana yang semakin memanas, panitia segera mengevakuasi Ribka dan Rieke ke kantor DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Banyuwangi.
Menurut Ketua FPI Banyuwangi, pertemuan itu merupakan acara temu kangen bekas anggota PKI dan keturunannya, sehingga pertemuan tersebut harus dibubarkan.
"Sosialisasi kesehatan gratis dari Komisi IX hanya sebagai kedok. Saya curiga acara itu merupakan kegiatan terselubung untuk menumbuhkan semangat komunisme lagi karena banyak peserta dari luar Kabupaten Banyuwangi yang datang," kata Aman.
Untuk itu, lanjut dia, FPI bersama organisasi masyarakat Islam di Banyuwangi membubarkan acara tersebut untuk menjaga kondusivitas keamanan di kabupaten paling timur Pulau Jawa itu.
"Kami mengantisipasi tumbuhnya bibit PKI baru karena gerakan PKI pada tahun 1965 berawal dari Kabupaten Banyuwangi," katanya menambahkan.
Sementara itu, Ribka Tjiptaning mengaku kecewa dengan sikap FPI yang membubarkan secara paksa acara sosialisasi kesehatan gratis Komisi IX DPR. Padahal, menurut dia, sosialisasi tersebut sangat diperlukan oleh masyarakat di daerah.
"Kami tidak melakukan temu kangen bekas anggota atau keturunan PKI di Banyuwangi. Acara kami ini murni tugas Komisi IX DPR tentang sosialisasi pentingnya penyediaan fasilitas kesehatan gratis di daerah," katanya.
Penulis buku berjudul "Aku Bangga Jadi Anak PKI" itu pada 2002 mengaku sudah terbiasa mengalami intimidasi seperti itu.
"Ini menunjukkan bahwa negara kita belum demokratis sehingga orang lain masih berpikir awam tentang latar belakang saya," katanya.
Sementara itu, Rieke menambahkan, kegiatan sosialisasi kesehatan gratis tersebut merupakan kegiatan umum dan bisa dihadiri siapa saja, termasuk bekas anggota atau keturunan PKI.
"Saya menyayangkan sikap yang dilakukan FPI karena bekas anggota atau keturunan PKI juga warga negara Indonesia," katanya.
Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Abas, mengatakan undangan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi kesehatan gratis tersebut berasal dari berbagai elemen, namun beberapa peserta yang hadir merupakan keturunan keluarga bekas anggota PKI.
"Memang benar, ada beberapa peserta yang keturunan keluarga bekas anggota PKI," kata Abas yang juga menjadi panitia dalam kegiatan tersebut.(*)
(T.M038/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
FPI (yg benar Masy Banyuwangi) ngusir PKI dibilang keterlaluan.
padahal PKI bukan cuma ngusir, tp mbunuh, mbantai KYAI, USTADZ & ORANG BERIMAN mau dilupakan ?
(Bukti-bukti berupa sumur-sumur pembantaian, monumen peringatan dan saksi-saksi hidup, sulit untuk dibantah bahwa seluruh provokasi fitnah dan kekejian jelas dilakukan oleh aktivis-aktivis PKI.)
FPI tw cm kumpulan org2 yg akidah islamnya dangkal n kumpulan preman berkedok!!FPI g pantes hidup d bumi Indonesia!!!
Kalo jaman soeharto FPI sama sekali tidak bisa berkutik...!!! Karna diangap GPK = Gerakan Pengacau Keamanan yg pantas untuk di DOR...!!!