Sambas, Kalbar (ANTARA News) - Diprotes keras karena pernyataannya dalam makalah "Melayu: Asal Usulnya", Walikota Singkawang, Kalimantan Barat, Hasan Karman meminta maaf.
Karman meminta maaf melalui prosesi adat di Keraton Alwatzkhoebillah Sambas, Sabtu, dihadapan Pangeran Ratu Muhammad Farhan.
Hasan Karman yang didampingi Kapolres Sambas Ajun Komisaris Besar (Pol) Winarto saat memasuki keraton terlebih dahulu ditepungtawari oleh kerabat keraton, sebelum kemudian duduk bersila menghadap pimpinan Kesultana itu.
Hasan Karman membaca permohonan maaf yang sudah ditulisnya yang diambil dari saku baju dinas hijau tua.
Wali Kota Singkawang itu memulai bacaannya dengan memaparkan sekilas asal kutipannya yang ada di makalah "Melayu: Asal-Usulnya", tanpa bermaksud membela diri.
"Bahwa akibat itu ada ketersinggungan yang terjadi, dengan nurani bersih saya menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak, terutama yang mulia Kesultanan Sambas dan raja-raja se-Kalimantan Barat," katanya.
Karman mengaku tidak sedikit pun dalam hatinya ingin menyakiti hati atau melecehkan dan berjanji bahwa hal tersebut tak terulang di masa yang akan datang.
Setelah membaca permohonan maaf, Hasan berdiri dan menyerahkan surat dalam map biru ke Pangeran Ratu dan keduanya berpeluk sekali.
Acara inti yang berlangsung kurang dari lima belas menit itu kemudian dilanjutkan acara makan bersama dengan cara "saprahan" (duduk bersila) dan memuluk hidangan dengan tangan.
Hasan Karman dan rombongan pulang sekitar pukul 11.00 WIB.
Wali Kota Singkawang didesak kerabat Keraton Sambas dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Kalimantan Barat agar menyampaikan permintaan maaf melalui prosesi adat terkait kutipan dalam makalahnya saat seminar tahun 2008 lalu.
Makalah berjudul "Melayu: Asal-usulnya", berisi kutipan yang menyinggung puak Melayu di Kalbar. Pada Jumat (28/5) ratusan warga berunjukrasa memrotes isi makalah tersebut dan menolak adanya Tugu Naga di Kota Singkawang.
Sempat terjadi insiden bentrokan antara pengunjukrasa dan polisi dan perusakan Tugu Naga. Polisi juga menahan tujuh warga yang diduga terkait aksi perusakan tersebut.
Hasan Karman sudah menyampaikan permintaan maafnya saat memberikan keterangan pers, Minggu (30/5) malam.
Namun karena isi makalah itu dianggap menyinggung puak Melayu, kerabat Keraton Sambas dan pewaris keraton di wilayah Kalbar menginginkan permintaan maaf disampaikan melalui upacara adat khusus.
(N005/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010