Yogyakarta (ANTARA News) - Peneliti Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sedang meneliti pemanfaatan atropatena sebagai alat untuk memprediksi gempa bumi dalam jangka pendek, kata peneliti Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Dr Wahyudi.
"Atropatena merupakan alat yang dapat merekam variasi medan gravitasi akibat adanya gelombang tektonik yang muncul akibat gempa. Kami sedang meneliti pemanfaatan atropatena karena hingga kini belum ada alat yang bisa memprediksi kapan terjadi gempa," katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, saat ini baru tiga stasiun di seluruh dunia yang dipasang atropatena, yakni di Baku, Azerbaijan, Islamabad, Pakistan, dan Yogyakarta.
Stasiun yang dibangun di Yogyakarta sudah terhubung dengan website, sehingga bisa diketahui informasi mengenai perubahan gelombang tektonik di seluruh dunia.
"Stasiun itu mengetahui perubahan gelombang tektonik dalam radius 750 kilometer (km). Salah satu metode prediksi gempa dengan atropatena ini menggunakan metode `travel time` dari sinyal anomali, sehingga kecepatan gelombang sangat menentukan untuk mengetahui kapan terjadinya gempa," katanya.
Ia mengatakan atropatena masih menjadi perdebatan baru di kalangan ilmuwan untuk dapat dimanfaatkan memprediksi terjadinya gempa.
Namun demikian, peneliti UGM masih terus melakukan pemantauan terhadap stasiun yang dibangun di Yogyakarta.
Atropatena, menurut dia memang menjadi wacana baru di kalangan ilmuwan guna memprediksi terjadinya gempa bumi. Para ilmuwan masih belum percaya dengan alat tersebut, karena belum terbukti.
"Meskipun belum terbukti dapat memastikan waktu terjadinya gempa, pelaksanaan riset atropatena memiliki peluang untuk dikembangkan agar dapat bermanfaat bagi masyarakat," kata dosen Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik UGM ini.(*)
(U.B015/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010