Warga di negeri Yahudi itu kaget melihat cuplikan tayangan bahwa pasukan komando elit angkatan laut mereka dipukuli dan dilempar ke laut oleh para demonstran yang hanya bersenjatakan tongkat dan pisau.
Sebelumnya, warga Israel selalu bangga dengan berbagai operasi militer maupun penyelamatan yang gagah berani dan penuh rahasia.
"Pertanyaan yang tak habis-habisnya muncul. Kemana kreativitas Israel yang dibanggakan? Mengapa pilihan paling buruk yang ditempuh? Di mana Kepala Staf Angkatan Darat? Mana badan intelijen? " tulis Ari Shavit di koran Haaretz yang beraliran kiri-tengah.
"Kenapa kita tidak memperketat pengepungan di Gaza, tapi justru memperketat pengepungan pada diri kita sendiri? "
Koran-koran yang terbit pagi dipenuhi dengan kritik terhadap misi tersebut. Banyak yang bertanya-tanya mengapa pihak pertahanan sampai keliru menilai situasi. Mereka juga mempertanyakan mengapa tidak digunakan gas air mata atau granat asap untuk "membersihkan" dek kapal Mavi Marmara sebelum pasukan komando meluncur dengan tali dari helikopter (rappelling) dan tanpa senjata di tangan.
"jika Mahmoud Ahmadinejad itu sama dengan Bunda Theresa, maka Turki flottilla itu berarti 'flottilla perdamaian', " tulis Ben Caspit di harian Maariv seperti dikutip AFP.
"Operasi angkatan laut itu benar-benar bodoh. Itu campuran berbagai kesalahan yang menyebabkan kegagalan memalukan, "tambah Caspit.
"Tapi di atas (militer) ada eselon politik. Merekalah yang membuat keputusan. Keputusan yang seharusnya penuh kehati-hatian. Mereka yang bertanggung jawab atas skenario tak terduga ikatan dan skenario. Eselon ini kemarin gagal total secara menyedihkan. "
Harian beroplah besar Yediot Aharonot juga menuding kepemimpinan politik sebagai biang kegagalan. Kolumnis Sever Plotsker meminta Menteri Pertahanan Ehud Barak mengundurkan diri karena telah "gagal."
"Tidak ada sapu yang cukup lebar untuk menyapu kesalahan ni hingga ke bawah karpet," tulis Plotsker. (A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010