"Insya Allah kita (MER-C Indonesia) akan menyumbang satu kapal laut penumpang untuk misi ke Jalur Gaza," kata Anggota Presidium MER-C Indonesia, dr Joserizal Jurnalis, SpOT kepada ANTARA News di Bogor, Minggu.
Ia mengungkapkan hal itu setelah sempat bertemu Huwaida Arraf, salah seorang pendiri Gerakan Solidaritas Internasional (ISM).
Dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (20/2), Huwaida Arraf, perempuan pegiat kemanusiaan asal Amerika Serikat (AS), mengungkapkan tujuan gerakan kemanusiaan pembebasan Gaza (Free Gaza Movement).
Ia mengatakan, gerakan itu dimaksudkan untuk menggalang dukungan masyarakat dunia bagi pembebasan rakyat Palestina di Jalur Gaza agar mereka dapat hidup layak dan mendapatkan hak kemanusiaan dari pendudukan Israel di area tersebut.
"Kami akan berlayar ke Jalur Gaza untuk menyalurkan berbagai bantuan kemanusiaan dan bahan bangunan untuk membangun kembali Jalur Gaza yang telah hancur dalam konflik yang berkepanjangan ini," kata relawan berdarah Palestina-Amerika itu.
Menurut Joserizal Jurnalis, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, MER-C mendukung misi kemanusiaan itu dengan menggalang dana untuk membeli sebuah kapal seharga lebih kurang Rp2 miliar.
"Kapal itu (bila dana sudah terkumpul-red.) akan diusahakan untuk dibeli di Siprus karena misi ke Jalur Gaza akan dilaksanakan melalui jalur laut," katanya.
Ia juga mengimbau Pemerintah Republik Indonesia agar ikut menyumbang, dan bersama MER-C Indonesia, mewujudkan bantuan sebuah kapal bagi misi kemanusiaan di Jalur Gaza Palestina.
"Dengan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah ini, tentu bantuan kemanusiaan ini akan lebih mudah," katanya.
Joserizal mengambil Malaysia sebagai contoh sukses pembangunan solidaritas kamanusiaan. Negeri jiran ini sudah menyumbang dua buah kapal untuk mendukung misi ke Gaza ini.
"Kalau untuk misi kemanusiaan di Haiti saja, Pemerintah Indonesia bisa menyewa khusus pesawat untuk ke sana. Akan lebih elok bila juga memberikan bantuan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza," kata ahli bedah tulang itu.
Menurut Huwaida Arraf, melalui yayasan Global Perdana, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, telah menyumbangkan dua buah kapal, termasuk kapal kargo.
Dalam mendukung misi kemanusiaan di Jalur Gaza itu, pendiri ISM ini mengatakan, Gerakan Pembebasan Jalur Gaza memilih menggunakan jalur laut untuk mencapai wilayah itu.
"Kami akan berlayar ke Gaza dan tidak ada kapal perang militer Israel yang dapat menghentikan kami memberikan bantuan kemanusiaan."
"Sebelumnya pada bulan Agustus 2008 kami pernah menggalang dana untuk membeli dua perahu kecil dan berlayar ke Jalur Gaza dengan membawa 44 sukarelawan sipil dari 17 negara untuk menentang blokade ilegal Israel," kata Huwaida.
Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, akhirnya sebuah kapal internasional berhasil merapat di pelabuhan Gaza, katanya.
"Tujuan kita ke sana (saat itu) bukan untuk memberi bantuan kemanusiaan dan makanan, tetapi untuk mengampanyekan hak asasi manusia di Palestina sehingga mereka dapat bekerja, memberi makan keluarga mereka, dan menjalani kehidupan yang bermartabat. Palestina tidak ingin hidup dari bantuan kemanusiaan," katanya.
Setelah sukses dengan misi pelayaran ke Gaza pada Agustus 2008 itu, pihaknya berhasil kembali ke sana empat kali.
"Namun setelah itu, perjalanan kami selanjutnya mendapatkan rintangan dari pihak militer Israel," katanya.
Mengingat pengalaman-pengalaman sebelumnya, dalam mempersiapkan misi pelayaran selanjutnya, ia bersikeras membawa armada kapal yang lebih banyak, katanya.
"Saat ini kami sudah mendapatkan bantuan sebanyak sembilan kapal, dua diantaranya adalah kapal kargo untuk mengangkut bantuan bagi rakyat di Jalur Gaza," katanya.
Selain mempersiapkan jumlah kapal yang lebih banyak, misi pelayaran ke Jalur Gaza yang direncanakan berlangsung akhir April mendatang itu juga melibatkan beberapa tokoh negara, katanya.
Huwaida mengatakan, para tokoh negara itu akan diikutkan dalam pelayaran misi kemanusiaan tersebut.(A035/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010