Washington (ANTARA News/AFP) - Serangan baru-baru ini terhadap posisi Alqaeda di Yaman, termasuk peluncuran peluru kendali, telah dipimpin oleh Amerika Serikat, demikian laporan stasiun televisi CBS, Minggu pagi ini.

CBS, mengutip Sebastian Gorka yang merupakan pakar operasi khusus AS yang melatih tentara Yaman, melaporkan bahwa AS telah memimpin serangan gabungan darat dan udara baru-baru ini.

"Serangan itu tampak sangat terlihat dilakukan Amerika Serikat, namun dengan dukungan besar-besaran pemerintah Yaman," kata Gorka.

"Serangan itu berupa luncuran peluru kendali yang dibarengi dengan unit militer di darat."

Laporan ini muncul menyusul pernyataan Presiden Barack Obama sebelumnya yang menuding Alqaeda di Semenanjung Arabia telah mempersenjatai dan melatih seorang pemuda Nigeria yang mencoba meledakkan sebuah pesawat komersial AS pada Hari Natal.

Pemimpin AS itu juga bersumpah untuk melancarkan serangan balasan terhadap siapapun yang berada di balik serangan gagal itu, di tengah pemerintahannya yang menghadapi kritik karena tidak mencegah serangan gagal 25 Desember itu.

"Kamp pelatihan (teroris) telah disergap, para pemimpinnya dilenyapkan, dan rencana-rencana (jahat) dikacaukan," kata Obama dalam maklumat minguan resminya via radio.

"Dan semua yang terlibat dalam aksi percobaan terorisme di Hari Natal mesti tahu bahwa kalian juga akan mendapat ganjaran serupa."

Pasukan Yaman melancarkan penggerebekan terhadap target-target yang dicurigai sarang Alqaeda pada 17 dan 24 Desember, hingga menewaskan lebih dari 60 militan.

Beberapa lainnya terluka dalam pertempuran pekan ini di provinsi barat dari negara miskin di Semenanjung Arabia yang berbatasan laut dengan Somalia di Teluk Aden itu.

Minggu pagi WIB ini, sumber-sumber pada pasukan keamanan Yaman menyatakan bahwa pasukan tambahan Yaman telah dikerahkan ke provinsi Abyan, Bayada dan Shawba, di mana militan Alqaeda bersembunyi.

"Tindakan ini adalah bagian dari operasi memburu elemen-elemen Alqaeda, mencegahsetiap upaya serangan balik atas penggerekan itu, dan menyempitkan ruang gerak para ekstrimis," kata salah satu sumber. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010