Palembang (ANTARA News) - Wali Kota Palembang, Sumatra Selatan, H Eddy Santana Putra, mengungkapkan target pelaksanaan Festival Musi 2009 untuk memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia), dengan membuat empek-empek terbesar.
Pada pembukaan Festival Musi 2009, di Palembang, Kamis malam, Eddy menyatakan optimistis rekor MURI akan dipecahkan pada pelaksanaan Festival Musi ini, sehingga menjadi catatan prestasi tersendiri.
Pembukaan festival tahunan ini, dihadiri Direktur Jendral Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Sapta Nirwandar, Wakil Gubernur Sumsel H Eddy Yusuf beserta jajarannya, dan unsur Muspida Kota Palembang.
Menurut Wali Kota Eddy Santana, dalam ajang festival ini akan mempertunjukkan makanan khas daerah tersebut, dalam ukuran yang terbesar di Indonesia.
"Kami akan memecahkan rekor Muri dengan membuat empek-empek dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter, dan tinggi setengah meter," kata dia pula.
Ia menyatakan, upaya tersebut merupakan rangkaian dari beberapa agenda wisata tahunan daerahnya yang diselenggarakan, di tingkat nasional bahkan Internasional, yaitu Festival Perahu Naga yang akan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai provinsi bahkan mancanegara,diantaranya Hongkong dan Brunei Darussalam.
Selain ajang perlombaan perahu naga yang bakal digelar di perairan Sungai Musi,
juga diselenggarakan pameran usaha kecil menengah (UKM), seni budaya, kuliner, dan festival band sebagai ajang untuk meningkatkan kreativitas pemuda Kota Palembang.
Sebagai kepala daerah, Eddy bertekad untuk terus meningkatkan pembangunan di bidang pariwisata di ibukota Provinsi Sumsel itu.
Beberapa upaya itu, seperti membangun hotel mewah serta pasar modern di pinggir Sungai Musi, sebagai salah satu pesona alam yang ada di daerah itu, dan bertujuan
mengundang turis lokal, nusantara maupun mancanegara.
"Pada 2010 nanti, kami bisa lebih siap lagi untuk melaksanakan pembangunan sebagai penunjang pariwisata, terutama dalam menjual pesona Sungai Musi yang merupakan salah satu potensi alam yang ada didaerah ini," kata Eddy lagi.
Wakil Gubernur Sumsel, H Eddy Yusuf mengatakan, dalam meningkatkan potensi alam sebagai objek wisata yang dapat mengundang peminat wisata lokal maupun mancanegara, tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri melainkan merupakan agenda bersama.
Menurut dia, untuk menjadikan suatu daerah sebagai tempat wisata yang banyak
didatangi oleh para pengunjung, perlu memperhatikan bidang keamanan, ketersediaan sarana dan prasarana termasuk hidangan, baru setelah itu melakukan upaya promosi.
"Karena mereka yang datang berkunjung untuk menikmati pesona alam yang ada di
Sumsel umumnya dan Palembang khususnya, perlu dipenuhi terlebih dahulu
pelayanannya, karena yang mau diundang manusia," kata dia pula.
Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Sapta Nirwandar
menyampaikan bahwa salah satu penunjang daya tarik suatu daerah adalah makanannya.
"Upayakan, menu masakan yang tersedia di hotel-hotel berbintang di daerah ini,
harus mengedepankan makanan khas daerah itu sendiri. Jangan justru sebaliknya malam banyak mengadopsi masakan ala mancanegara," kata dia pula.
Menurut Sapta, dalam meningkatkan pariwisata selain penginapan, makanan dan buah-buahan yang banyak dikenal, dapat menjadikan sebuah daya tarik bagi wisatawan untuk datang melancong.
Dia mengungkapkan pula, devisa negara yang diperoleh dari pariwisata berkisar Rp7,5 miliar dollar AS, dan Sumsel merupakan salah satu penyumbang pesona alamnya dalam bidang pariwisata itu.
"Karena itu, perlu ditingkatkan kembali, seperti Sungai Musi yang memiliki potensi
besar, masih perlu peningkatan infrastruktur, sarana transportasi sungai yang memadai serta pelayanan penunjang lainnya," ujar Sapta yang memiliki keturunan asal dari Lampung dan Bengkulu itu lagi.
Pada sela-sela acara pembukaan tersebut, dia menyempatkan untuk menikmati
makanan khas yang juga menjadi "ikon" kuliner Kota Palembang berupa empek-empek (pempek).
Acara pembukaan juga diramaikan penampilan tari dan seni budaya yang ada di daerah tersebut, sehingga menimbulkan kekaguman para tamu undangan dan warga yang menyaksikan di sekitar kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) itu.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009