Singapura (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia lebih memilih menyelesaikan perundingan putaran Doha dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang macet daripada membahas perdagangan bebas melalui beragam perjanjian kawasan perdagangan bebas (FTA).

"Posisi Indonesia jelas sekali sebenarnya. Kalau kita disuruh memilih pilihan kita adalah mari kita rampungkan Doha Development Agenda. Mari kita konklusikan Putaran WTO," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Marina Mandarina, Singapura, Senin pagi, sebelum menuju tanah air sekitar pukul 11.15 waktu setempat setelah menyelesaikan rangkaian pertemuan puncak ke-17 APEC.

Menurut Presiden, sikap itu diambil Indonesia karena Indonesia memiliki kepentingan agar produk-produk pertanian untuk bisa memiliki akses ke pasar dunia. "Ternyata macet tapi semua bersepakat mudah-mudahan tidak hanya retorik tahun depan ini bisa selesai," katanya.

Presiden menjelaskan bahwa alasan Indonesia memilih WTO karena apabila melalui perundingan FTA --bilateral, trilateral atau regional-- belum tentu Indonesia memiliki posisi tawar yang lebih baik.

Tapi, lanjut dia, karena banyak pihak telah memiliki perjanjian FTA maka Indonesia juga masuk dalam sejumlah perjanjian FTA, terutama untuk organisasi-organisasi kawasan seperti ASEAN, APEC dan lain-lain.

"Saya sangat hati-hati sebenarnya (dalam mengikuti FTA)," ujarnya seraya menambahkan bahwa Indonesia harus memiliki kesiapan yang setara sebelum bergabung dalam FTA.

Namun, lanjut Presiden, Indonesia tetap harus bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan, sehingga jangan sampai hanya karena kurang cepat dalam berbenah diri menjadi tertinggal.

"Saya tidak ingin kita berlindung di bawah nasionalisme yang sempit. Saya ingin kita bangkit, lebih produktif, kompetitif dan bersaing dengan yang lain, serta menang," katanya.

Pada Minggu siang (15/11) para pemimpin ekonomi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) sepakat untuk mendorong penyelesaian perundingan Putaran Doha pada pertemuan informal (retreat) sesi pertama dari Pertemuan tingkat Pemimpin Ekonomi APEC (AELM).

Menurut keterangan resmi dari Chen Hwai Liang, Sekretaris Media Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Sabtu malam, pada sesi pertama pertemuan informal itu para pemimpin ekonomi APEC menyepakati dorongan politik untuk menyelesaikan Putaran Doha pada akhir 2010.

Disebutkan bahwa ada keperluan mendesak ketika perundingan menuju tahap akhir, itikad politik kuat penting untuk mengatasi kebuntuan.

Dalam upayanya untuk mempertahankan kawasan pasar bebas, para pemimpin APEC juga menekankan kembali komitmen mereka untuk menolak segala bentuk proteksionisme, kata pernyataan tertulis itu.

Dalam pertemuan informal yang berlangsung lebih kurang dua jam itu para pemimpin ekonomi APEC juga membahas sebuah visi jangka panjang dari Kawasan pasar Bebas Asia Pasifik (FTAAP).

APEC merupakan forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur.

Selain itu dipengaruhi kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Forum yang dibentuk 1989 di Canbera,Australia itu telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerja sama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi dan dialog. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009