Palembang (ANTARA News) - Menjadi seorang penulis cerita pendek (cerpen) di media massa, dapat menghasilkan suatu pendapatan yang tergolong besar, kata sastrawan dan cerpenis asal Sumatra Selatan (Sumsel).
Menurut sastrawan Sumsel itu, Anwar Putra Bayu, dalam Lokakarya Menulis Cerpen di Media Massa kerja sama LKBN ANTARA Biro Sumsel dan Universitas Bina Darma (UBD), didukung pula oleh PT Medco E&P Indonesia, di Palembang, Sumsel, bahwa profesi sebagai penulis cerpen tetap menjanjikan kesejahteraan yang baik.
"Mungkin sebagian orang tidak percaya bahwa menjadi seorang penulis cerpen itu bisa memperoleh pendapatan yang sangat menjanjikan, karena dapat menghasilkan pendapatan yang besar," ujar Anwar yang juga dosen luar biasa di UBD Palembang itu.
Satu cerpen yang terbit di sebuah harian umum nasional, pasti mendapatkan nilai royalti yang setimpal antara Rp1 juta hingga Rp5 juta per tulisan, tergantung dengan media massa yang menerbitkannya, ujar dia lagi.
Namun, dia tak membantah adalah tak mudah suatu cerpen dapat terbit di media massa, apalagi media nasional yang besar, karena media cetak tersebut memiliki aturan dan persyaratan tersendiri yang terbilang ketat.
"Jangan heran, terkadang seorang cerpenis sampai ratusan kali mengirimkan cerpennya ke sebuah media massa agar lolos dan dapat diterbitkan. Butuh sebuah pengorbanan untuk tidak pernah menyerah," kata dia pula.
Dia mengemukakan, berdasarkan pengalaman pribadinya saat memulai karir sebagai seorang cerpenis di Palembang.
"Setiap mengirimkan hasil karya cerpen, selalu ditolak. Lama kelamaan saya menemukan titik kesalahan bagaimana menulis cerpen di media massa itu, dan akhirnya cerpen bisa diterbitkan," kata dia.
Menurut dia, seorang cerpenis bisa lahir dan tercipta melalui proses belajar, bukan hanya mengandalkan bakat semata.
"Jika ingin menjadi cerpenis harus berlatih terus menerus, bagaimana memulai menulis cerpen, bagaimana memilih kata-kata yang tepat, hingga bagaimana membuat hasil karya yang dipandang layak untuk diterbitkan pada media massa," kata pria kelahiran Medan, 14 Juni 1960 itu pula.
Dia menambahkan, tahap pembelajaran dalam menulis cerpen dapat dimulai dengan menuliskan apa yang dirasakan setiap hari pada "diary" (catatan harian, Red) atau blog pribadi.
Akhir-akhir ini perkembangan penulisan cerpen di Indonesia semakin subur. Hal ini ditandai dengan pesatnya pemuatan dan penerbitan cerpen di media massa, ujar Anwar.
Artinya, jangan takut untuk menjadi seorang cerpenis, mulailah dengan menulis di sebuah blogger, dan teruslah belajar serta berlatih, demikian Anwar Putra Bayu.
Dalam lokakarya itu, dihadirkan dua sastrawan, selain Anwar Putra Bayu dari Sumsel, juga Isbedy Stiawan ZS, sastrawan yang dijuluki almarhum HB Jassin sebagai "Paus" Sastra Lampung.
Peserta lokakarya mencapai 150-an orang, terdiri para mahasiswa, guru/pendidik, dan kalangan masyarakat umum.(*)
Oleh
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009