HMAS Kanimbla yang pernah dilibatkan dalam misi kemanusiaan yang sama untuk membantu para korban bencana tsunami Aceh dan gempa Nias (2004-2005) itu berangkat sehari setelah Angkatan Bersenjata Australia (ADF) memberangkatkan masing-masing pesawat angkut Hercules C-130 dan C-17 "Globemaster" ke Sumbar.
Departemen Pertahanan Australia dalam pernyataan persnya, Sabtu, menyebutkan, kapal perang jenis pendarat amfibi (ALP) yang mengangkut tambahan personil, peralatan teknis dan infrastruktur, serta paket bantuan kemanusiaan ini diperkirakan tiba di wilayah bencana setelah sepuluh hari berlayar.
HMAS Kanimbla akan mendukung operasi pengobatan dan pelayanan kesehatan bagi para korban gempa bumi berkekuatan 7,6 pada Skala Richter yang memporakporandakan kota Padang dan beberapa wilayah lain di Sumbar hari Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB itu.
Kapal yang dinakhodai Tim Byles ini dilengkapi fasilitas pendukung kegiatan bedah dan pemulihan pasca-bedah dengan 40 tempat tidur pasien.
Kapten HMAS Kanimbla, Tim Byles, mengatakan, pihaknya siap menjalankan operasi kemanusiaannya di Sumbar dengan menyediakan pelayanan medis dan bedah kepada para korban gempa.
Sehari sebelumnya, Panglima ADF, Marsekal Angus Houston AC, sudah memberikan sinyal keterlibatan HMAS Kanimbla dalam "Operasi Bantuan Padang" yang melibatkan sepuluh anggota tim pendahulu teknis angkatan darat, tim penilai kesehatan angkatan udara, dan 36 anggota tim penyelamat sipil Australia itu.
"ADF sudah membentuk Satgas gabungan unsur militer dan sipil untuk memberikan dukungan terbaik bagi upaya pemerintah Australia membantu Indonesia," katanya.
Pesawat Hercules C-130 AU Australia (RAAF) yang membawa personil Satgas serta berbagai peralatan pendukung yang diperlukan selama misi kemanusiaan di Padang sudah bertolak dari Darwin, negara bagian Northern Territory (NT) Jumat (2/10).
Sebuah pesawat super jumbo C-17 yang mengangkut tim medis ADF dan 36 anggota tim penyelamat dari Brisbane juga telah bertolak menuju wilayah bencana Jumat sore dari pangkalan udara RAAF Amberley.
Dalam operasi kemanusiaan di Padang ini, para personil gabungan ADF dan sipil Australia itu memberikan bantuan darurat kepada para korban bencana sesuai dengan arahan pemerintah RI, kata Angus Houston.
Selain mengerahkan pesawat dan kapal perangnya dalam misi kemanusiaan di Sumbar ini, Pemerintah Australia melalui kedutaan besarnya di Jakarta telah pun memberikan bantuan darurat berupa obat-obatan, selimut dan tenda, bagi para korban.
Kedubes Australia di Jakarta juga telah memberikan bantuan sebesar 250 ribu dolar Australia kepada LSM Muhammadiyah untuk mendukung tim kesehatan dan operasi kemanusiaan mereka.
Aksi tanggap darurat Australia bagi para korban gempa Sumbar ini tidak hanya ditunjukkan pemerintah federal tetapi juga pemerintah negara bagian. Di antara negara bagian yang bersimpati dan mendukung misi kemanusiaan Australia itu adalah Queensland.
Presiden Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQISA), Cecep Setiawan menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Premier (Kepala Pemerintah) Negara Bagian Queensland Anna Bligh.
Gempa dahsyat yang melanda Sumbar itu tidak hanya menewaskan sedikitnya 1.100 orang dan melukai sedikitnya 2.177 orang lainnya tetapi juga merusak sedikitnya 2.650 bangunan. Pemerintah Australia sendiri masih mencari tahu keberadaan 40 orang warganya yang diyakini berada di daerah bencana saat gempa terjadi.
Untuk meringankan penderitaan para korban, berbagai elemen masyarakat Indonesia di Australia terus melakukan penggalangan dana bantuan kemanusiaan dalam tiga hari terakhir.
Di Sydney misalnya, komunitas Indonesia yang berhimpun dalam "Minang Saiyo" melakukan aksi pengumpulan dana bantuan bencana lewat rekening organisasi itu. Aksi dompet peduli bencana Sumatera juga digelar kalangan mahasiswa Indonesia. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009