Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri memastikan Noordin M Top, buronan berbagai kasus terorisme yang sudah sembilan tahun diburu, tewas dalam penangkapan di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah pada Kamis.

Kapolri mengatakan hal itu saat memberikan keterangan pers di Markas Besar Polri pada Kamis sore didampingi Wakapolri Komjen Pol. Makbul Padmanegara, Deputi Operasi Irjen Pol. SY Wenas dan para petinggi Polri lainnya.

Menurut Kapolri, kepastian bahwa salah satu jenazah yang tewas dalam penangkapan tersebut adalah Noordin diperoleh setelah polisi melihat kecocokan antara data sidik jari Noordin yang dimiliki Polri dengan sidik jari salah satu jenazah.

"Sidik jari Noordin diperoleh dari Kepolisian Diraja Malaysia dicocokan dengan sidik jari jenazah dan ternyata ada 14 titik kesamaan baik jari kanan maupun kiri," katanya.

Penentuan identifikasi jenazah dengan sidik jari itu, katanya, sudah bisa dipertanggungjawabkan secara yuridis formal.

"Hasil identifikasi menunjukkan dia adalah Noordin M Top, buronan sembilan tahun yang merupakan target utama selama ini," ujarnya.

Kendati identifikasi dengan pencocokan sidik jari telah valid namun Polri tetap melakukan uji DNA (Deoxiribonucleic Acid) yang hasilnya diketahui dalam waktu 20 jam.

Kapolri menjelaskan pula bahwa selain menembak mati Noordin, dalam insiden penangkapan itu polisi juga menembak mati tiga tersangka lain yakni Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo Sudarso alias Aji.

Agus adalah residivis dalam kasus pemboman gedung Kedutaan Besar Australia tahun 2004 yang divonis tujuh tahun penjara namun hanya menjalani hukuman selama empat tahun karena dibebaskan secara bersyarat setelah mendapat remisi.

Agus, yang juga diduga meracik bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, lolos dalam penangkapan polisi di Solo pada 16 Agustus 2008.

Dia juga merencanakan ledakan bom yang telah dipersiapkan di Jati Asih, Bekasi, namun terbongkar polisi pada 16 Agustus 2008.

Sedangkan Hadi Susilo adalah orang yang menyewa rumah dan diduga ikut menyediakan tempat persembunyian bagi Noordin M Top.

Aryo Sudarso alias Aji adalah perakit bom yang juga terlibat dalam jaringan terorisme adalah sebagai penyedia bahan peledak dan menyembunyikan buronan.

Istri Hadi Susilo yang bernama Munawaroh terluka dalam insiden penembakan itu karena posisinya sangat dekat dengan tersangka lain.

Kapolri menjelaskan, Munawaroh yang tengah hamil kini dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati karena tertembak di kaki.

Menurut Kapolri, Munawaroh sudah berulangkali diminta keluar dari rumah namun tidak mengindahkan peringatan aparat sehingga akhirnya terkena peluru saat ada insiden penembakan oleh aparat kepolisian.

Kapolri menjelaskan pula bahwa polisi juga menangkap dua tersangka teroris lain yakni Rahmat Puji Prabowo alias Bejo dan Supono alias Kedu di Pasar Gading, Solo, sekitar lima jam sebelum penangkapan di Mojosongo.

Menurut Kapolri, penangkapan Bejo dan Kedu menjadi petunjuk keberadaan Noordin M Top dan kawan-kawannya di salah satu rumah di Kepuhsari, Mojosongo.

Pada Rabu (16/9) pukul 23.30 WIB, polisi telah mengepung rumah yang menjadi tempat persembunyian Noordin dan kawan-kawan sambil mengevakuasi warga yang tinggal berdekatan dengan rumah tersebut.

Sekitar pukul 24.00 WIB, polisi mendobrak pintu rumah persembunyian namun disambut dengan rentetan tembakan sehingga polisi mundur namun tetap mengepung rumah itu.

Sejumlah upaya untuk mendorong mereka menyerahkan diri dilakukan namun tak berhasil, malah dibalas tembakan dari dalam rumah.

Hingga menjelang subuh kontak tembak masih terjadi dan para tersangka termasuk Noordin terpojok di salah satu kamar mandi sehingga polisi kemudian menjebol kamar mandi dan melumpuhkan Noordin dan kawan-kawan dengan tembakan.

Kapolri mengatakan, di dalam rumah itu polisi menemukan 200 kilogram bahan peledak, senjata laras panjang jenis M16 lengkap dengan amunisi dan berbagai dokumen.

Polisi juga menemukan satu bom tangan yang telah aktif dan satu granat yang sudah ditarik pelatuknya namun granat dan bom itu telah dihancurkan karena sangat berbahaya jika disita dalam bentuk utuh.

Kapolri menegaskan, Noordin, sebagaimana rekannya Doktor Azahari yang tewas tertembak di Malang tahun 2005, selalu menggunakan senjata api jenis Bareta penuh peluru.

Menurut dia, selanjutnya Polri akan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri, Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia dan KBRI di Malaysia untuk memulangkan jenazah Noordin kepada keluarga.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009