"Meski begitu, misi PBB yang diemban KRI Diponegoro tetap berjalan dan tidak menganggu jadwal operasi yang ditetapkan PBB," kata juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, persoalan pada as propeler kapal belum lama terjadi dan karenannya kini tengah dilakukan perbaikan dan pengecekan lebih lanjut di Spanyol.
"Permasalahan yang dialami KRI Diponegoro telah dilaporkan kepada PBB hingga tidak menganggu misi perdamaian yang tengah dijalankan di Lebanon," katanya.
Tentang biaya perbaikannya, ia mengatakan, biasanya akan diganti PBB, karena permasalahan pada as propeler terjadi saat kapal menjalankan misi PBB," kata Iskandar menambahkan.
Di Lebanon, KRI Diponegoro yang merupakan bagian dari Kontingen Garuda XXVIII-A bergabung dalam Satuan Tugas Maritim (Maritime Task Force/MTF) UNIFIL di bawah Comander Task Force (CTF 448). Beberapa negara yang tergabung dalam CTF 448 telah mengirimkan kapal perangnya seperti Perancis, Turki, Yunani, Italia, Belgia, Spanyol, dan Jerman.
KRI Diponegoro bertugas di zona 1 dari empat zona wilayah perairan Lebanon yang menjadi tanggung jawab MTF/UNIFIL.
Persyaratan minimal untuk kapal perang yang akan bergabung dalam MTF UNIFIL antara lain mampu mengoperasikan/mengendalikan heli, mampu melaksanakan SAR, mampu melaksanakan RAS (Pengisian BBM di laut), memiliki fasilitas kesehatan kelas satu, dan memiliki combat management system secara "real time".
Selain itu, kapal tersebut juga harus mampu melaksanakan perlindungan diri dan memiliki kemampuan mengidentifikasi kawan/lawan (IFF), memiliki berbagai jenis persenjataan serta mampu memberikan bantuan kepada Angkatan Laut Lebanon.
KRI Diponegoro-365 juga dilengkapi helikopter BO-105 NV-414.(*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009
Kadang kita dibantu dan kadang kita juga harus membantu.