Pasuruan (ANTARA News) - Haji Syaichon Fikri (55) yang tinggal di Jl. Dr Wahidin Sudirohusudo Gang Pepaya No. 169 Kelurahan Purutrejo Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan, Jawa Timur, dikenal masyarakat sebagai seorang dermawan.
Juragan aneka kulit hewan ternak itu telah lama secara rutin membagi-bagikan zakat kepada warga, terutama setiap tanggal 15 Ramadhan.
Ketua RT 03/04 M Shaleh Riyanto yang ditemui di rumahnya, Senin (15/9) malam mengatakan, keluarga Syaichon dikenal warga sekitar sebagai orang yang baik.
Selain secara rutin memberi zakat pada setiap Ramadhan, Syaichon juga sering berderma kepada warga di sekitarnya.
"Salah satu contohnya, mushala yang digunakan warga sekitar untuk kegiatan pemberian zakat itu, juga dibangun Haji Syaichon," kata Shaleh.
Meski mushala tersebut dibangun dari dana pribadinya, tempat ibadah tersebut digunakan bagi seluruh umat. Sholeh juga mengatakan, hubungan Syaichon dengan tetangganya setiap harinya juga akrab dan terbuka.
Bapak empat anak itu sudah menempati rumah di Kelurahan Purutrejo sejak tahun 1983.
Namun kegiatan membagi-bagikan zakat kepada warga dilakukan sejak 1990-an. "Secara rutin Haji Syaichon memberi zakat kepada warga setiap 15 Ramadhan," kata Shaleh.
Syaichon dikenal warga sekitar sebagai orang yang mampu karena menggeluti usaha sebagai pengepul kulit aneka satwa ternak dari para penjagal, disamping usaha jual beli mobil.
"Pembagian zakat yang dilakukan keluarga Syaichon selama ini aman-aman saja. Paling ada sejumlah orang yang pingsan karena saling berdesakan," kata Shaleh.
Namun pembagian zakat kali ini sungguh tragis. Sebanyak 21 orang tewas, dan sepuluh orang lainnya mengalami luka-luka dan pingsan akibat terinjak-injak.
Shaleh mengungkapkan, setiap membagi-bagi zakat, warga sekitar selalu memaklumi jika Haji Syaichon menggunakan gang dengan cara menutupnya.
"Wajar jika ada seseorang yang mempunyai hajat terpaksa menutup jalan. Kegiatan tersebut kan tidak setiap hari," kata Shaleh. Bahkan Shaleh menilai persiapan Syaichon untuk melaksanakan membagi-bagi zakat lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Jika tahun-tahun sebelumnya para penerima zakat tersebar masuk ke gang-gang dan pematang sawah, kali ini dikumpulkan dalam satu gang.
Warga yang telah masuk dalam gang juga telah dijelaskan lewat pengeras suara di mushala bahwa warga yang telah masuk, dijamin akan mendapat zakat. Untuk itu para warga diminta untuk sabar dan tertib.
Namun realitasnya, warga tidak serta merta mengikuti ajakan tersebut. Warga yang datang tanpa mendapat kupon terlebih dulu tanpaknya masih merasa was-was dan ingin segera mendapat bagian terlebih dulu.
Padahal setiap tahunnya, tidak ada warga yang telah datang yang tidak kebagian zakat.
Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, pembagian zakat selalu diumumkan lewat radio. Warga yang akan mendapatkan zakat diminta datang tanpa syarat tertentu, baik warga Kota maupun Kabupaten Pasuruan.
Namun para penerima zakat diutamakan para kaum perempuan yang telah berkeluarga.
Nurul (30) seorang warga Bangil mengetahui ada pembagian zakat lewat radio. Untuk itu ia berangkat bersama tetangga lainnya sejak pukul 06.00 pagi. Namun sesampai di lokasi, ratusan calon penerima zakat telah saling berdesakan.
Karena biasanya berlangsung aman, pembagian zakat itu tak pernah meminta bantuan polisi. Namun kali ini kondisinya berbeda, jumlah calon penerima zakat tampaknya bertambah. Diperkirakan mencapai ribuan orang.
Pada tahun-tahun sebelumnya pembagian zakat dilakukan dengan cara membuat antrian melewati sebuah pematang selokan, kemudian Hj Hanifah Hasan, istri Haji Syaichon yang duduk di sudut gang, memberikan uang zakat kepada warga.
Oleh karena itu hampir setiap tahun, adegan warga jatuh ke selokan selalu terjadi.
Kali ini pembagian zakat dipersiapkan lebih rapi. Warga calon penerima zakat dikumpulkan dalam satu gang. Warga yang akan ikut antri juga telah diberi jadwal, pada pukul 09.30 harus sudah masuk ke gang, karena tepat pukul 10.00 pembagian segera dimulai dan berakhir pukul 12.00 siang.
Sedangkan bagi mereka yang datang terlambat tidak diperkenankan lagi memasuki gang yang telah ditutup dengan pagar bambu. Agaknya pengumpulan warga di sebuah gang yang tertutup dengan maksud agar lebih tertib justru mengundang bencana.
Warga yang telah masuk gang tidak bisa lagi keluar masuk. Termasuk warga yang telah jatuh pingsan akibat terlalu lama antri juga tidak diperkenankan keluar lagi.
Kondisi warga yang telah lelah antri semakin buruk akibat saling desak dan dorong untuk berebut ke satu pintu pembagian zakat di halaman mushala yang hanya dibuka sekedar cukup masuk satu orang saja.
Derasnya dorongan dari arah timur, barat, dan utara menuju ke pintu mushala membuat gerakan tak normal.
Lautan warga yang berdesak-desakan itu akhirnya ambruk ke utara, namun dorongan warga dari arah timur dan barat tetap terus merangsek ke pintu mushala, akibatnya warga yang telah jatuh dan tertumpuk tidak bisa bangun dan terus terinjak-injak.
Kejadian tersebut berlangsung sekitar seperempat jam setelah pembagian zakat dimulai.
Meski mengetahui sejumlah warga telah jatuh, warga lain dari arah timur dan barat terus merangseknya. Sedangkan pintu mushala tidak juga dibuka, karena panitia ketakutan kewalahan jika warga masuk dengan jumlah banyak.
Kondisi tersebut membuat warga yang jatuh tertumpuk dan terinjak-injak semakin kehabisan nafas dan pingsan di lokasi kejadian.
Sementara pembagian zakat masih terus berlangsung dengan antrian hanya satu per satu orang saja.
Antrian pembagian zakat baru berhasil dibubarkan setelah dua SST polisi datang sekitar pukul 11.00. Polisi datang terlambat, sejumlah korban telah tewas, luka-luka dan pingsan.
Walikota Pasuruan Aminurrokhman menyayangkan terjadinya tragedi pembagian zakat yang sampai menelan korban jiwa tersebut. Terlebih pembagian zakat dilakukan tanpa sepengetahuan aparat mulai dari RT/RW hingga aparat keamanan di tingkat Muspida Kota Pasuruan.
Hal senada juga diungkapkan Ketua MUI Kota Pasuruan HA Dhofir. Ia menyayangkan adanya kegiatan pembagian zakat yang melibatkan ribuan orang tanpa melakukan koordinasi dengan aparat keamanan.
Bahkan HA Dhofir yang Ketua Badan Amal Zakat (BAZ) Kota Pasuruan juga menyayangkan pembagian zakat yang tidak dikoordinasikan dengan BAS Kota Pasuruan. "BAZ setiap tahun rutin menyalurkan zakat," kata Dhofir.
Walikota Pasuruan Aminurrokhman menghargai seseorang untuk menyalurkan zakat pribadinya secara langsung ke penerima. Namun ia mengingatkan, bahwa pemerintah juga mempunyai hak untuk mengatur demi ketertiban masyarakat umum.
Itu sebabnya Bupati Dade Angga yang juga kehilangan saudaranya akibat tewas berdesakan saat antri zakat, mengimbau kepada seluruh kepala desa dan camat di wilayahnya untuk memantau dan menertibkan pembagian zakat yang melibatkan massa cukup besar.
Sebaliknya bagi para dermawan yang akan menyalurkan zakat secara langsung diimbau melapor ke polisi terdekat.
"Gratis. Tidak bayar," kata Kapolresta Pasuruan AKBP Harry Sitompul. Kapolresta juga menyayangkan atas tragedi pembagian zakat yang menimbulkan korban jiwa.
Pembagian zakat yang dilakukan keluarga Haji Syaichon, katanya, tidak dikordinasikan dengan polisi, sehingga saat kejadian tidak ada polisi seorang pun.
"Kami tidak tahu kalau ada kegiatan yang melibatkan massa," ujarnya.
Nasi telah menjadi bubur, korban telah berjatuhan. Niat mulia Haji Syaichon membagi zakat telah berubah menjadi tragedi karena dilakukan dengan cara-cara yang kurang baik.
Seandainya keluarga Haji Syaichon mau sedikit bersusah payah mengantarkan zakat hartanya ke rumah-rumah fakir miskin, mungkin kejadian itu tidak perlu terjadi.(*)
Oleh Oleh Musyawir
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008
hiks,,,hiks...
mengapa ini harus terjadi???
Jadi pak Haji yaa melakukannya sendiri , saya salut dengan apa yang dilakukan pak Haji mudah mudahan orang Indonesia akan bermunculan spt ini .Melihat dari kejadian ini kelihatan kemiskinan di negeri ini semakin lama semakin meningkat , dg adanya kenaikan gas dan kelangkaan minyak tanah.
Tapi statistik pemerintah angka kemiskinan menurun 5% mungkin itu bukan yg miskin jadi kaya , tapi mati perlahan lahan.
Semoga YME memberi ampunan