Surabaya (ANTARA News) - Sejumlah Tenaga Kerja Wanita (TKW) dari Indonesia yang bekerja di Hongkong akan menerbitkan 16 buku fiksi kumpulan cerita pendek (kumcer), opini dan kisah nyata dengan dukungan dari Forum Budaya Buruh Migran Indonesia (FBBMI). Bonari Nabonenar, salah seorang penggerak sastra buruh migran kepada ANTARA News di Surabaya, Jumat mengemukakan bahwa editing naskah dari buku-buku yang akan diterbitkan awal 2008 itu sudah selesai. "Editornya saya sendiri bersama dengan Kuswinarto dan saat tinggal menyusun desain covernya saja," kata lulusan IKIP Surabaya (kini Universitas Negeri Surabaya atau Unesa) itu. Buku-buku yang akan diterbitkan umumnya kumpulan cerpen yang dihasilkan secara bersama-sama, yakni dari Forum Lingkar Pena (FLP), Sanggar Kossta, nominator Lomba Cipta Cerpen TKI Hongkong 2007. Untuk kumcer perorangan adalah karya dari Hartanti, Wina Karni, Lik Kismawati, Etik Juwita, Andina Respati, Nadia Cahyani, Niswana Ilma, Nera Andianti, Isdiana, Eni Kusuma, Tania Roos. Selain itu juga ada kumpulan kisah nyata dan kumpulan opini dari para TKW. Menurut Bonari, penerbitan itu dilakukan sebagai upaya untuk terus mewadahi karya-karya para "duta bangsa" itu yang saat ini terus menunjukkan perkembangan mengembirakan, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Fenomena buruh migran menulis ini mencuat terutama sejak 2005. Dari para pekerja rumah tangga asal Indonesia yang bekerja dan yang pernah bekerja di Hongkong telah lahir banyak karya yang dibukukan. "Misalnya novel Ranting Sakura, memoar Sang Kungyan karya Maria Bo Niok, Panari Naga Kecil kumpulan cerpen Tarini Sorrita, Catatan Harian Seorang Pramuwisma karya Rini Widyawati, Majikanku Empu Sendok karya Denok K Rokhmatika, Perempuan Negeri Beton kumpulan cerpen Wina Karnie dan buku motivasi Anda Luar Biasa!!! karya Eni Kusuma," katanya. Menurut Bonari, saat ini di Hongkong telah berdiri sanggar penulisan atau sanggar sastra, seperti Komunitas Perantau Nusantara, Cafe de Kossta dan FLP. Sejumlah kegiatan telah digelar oleh sanggar-sanggar itu untuk mengembangkan budaya menulis. "Terhadap para TKW yang aktif di dunia penulisan, baik sastra maupun nonsastra sepantasnya kita memberikan apresiasi, penghargaan, dukungan semangat, karena pada kenyataannya mereka bukan hanya menguntungkan negara dengan sumbangan devisa, tetapi juga membantu membangun proyek kebudayaan `Indonesia Membaca`," katanya. Dikatakannya, tulisan-tulisan para buruh migran itu adalah sumbangan kebudayaan yang tiada terkira harganya, karena selain dapat dinikmati sebagai karya seni (sastra) sekaligus juga merupakan sumber bahan kajian budaya, khususnya berkaitan dengan problematika perburuhan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007