Jakarta (ANTARA News) - Pameran "Tapestri Kemerdekaan" yang diselenggarakan oleh Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) menyoroti peran tiga serangkai, yaitu Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir dalam membangun Republik Indonesia.

"Sukarno, Hatta dan Sjahrir saat itu mereka masih muda, ketiganya memiliki karakteristik politik yang berbeda dan sebenarnya tidak begitu cocok satu sama lain. Tetapi karena sadar Indonesia harus dijaga maka mereka bersatu," kata Direktur GFJA Oscar Motulloh, Jakarta, Rabu malam.

Lewat foto yang ditampilkan, GFJA ingin menunjukkan bahwa sejak lama keragaman politik telah mewarnai perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara.

Seperti sejumlah pameran kemerdekaan yang kerap digelar GFJA dari tahun ke tahun,pameran kali ini juga menampilkan dua sudut pandang yakni foto-foto dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pameran ini merupakan tahun ketiga. Foto-foto sejarah yang digali ini memperkaya khazanah sejarah visual indonesia dan periodenya 1945 sampai 1950.

"Sengaja kami selalu menampilkan dua sisi, biar generasi sekarang tahu seperti apa dari pihak Indonesia seperti apa dari pihak Belanda. Sejumlah institusi yang dilibatkan termasuk ANRI, IPPHOS, dan Museum Bronbeek di Belanda," kata dia.

Pameran ini adalah rangkaian terakhir dari pameran Histori Masa Depan, yang merupakan bagian dari perayaan "10 Windu Kantor Berita Antara".

Seri pertama berjudul "Histori Masa Depan" yang digelar pada 2015, kemudian Bingkisan Kemerdekaan pada 2016, ditutup dengan pameran "Tapestri Kemerdekaan".

Sebanyak 80 foto yang dipamerkan telah dipilih dari 168 foto yang dimuat di buku "Tapestri Kemerdekaan", pameran dimulai pada 23 Agustus dan berakhir 23 September.

"Foto-foto yang ditampilkan adalah gambar-gambar yang sangat jarang kita lihat dan belum pernah dipublikasikan," kata dia.


Dirut LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat (kanan) menandatangani poster ketika membuka Pameran Foto dan Peluncuran Buku 72th TapestRI Kemerdekaan. (ANTARA/Aprillio Akbar)







Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017