Jakarta (ANTARA News) - Daerah gurun mungkin menjadi pilihan terakhir untuk berlibur bagi sebagian orang.

Namun, tidak untuk Gurun Tatacoa yang selalu sibuk dengan turis di akhir pekan dan libur panjang. Gurun tersebut menjadi salah satu primadona kawasan wisata alam di negara Amerika Latin itu.

Gurun Tatacoa pada dasarnya adalah wilayah kering terbesar kedua di Kolombia setelah Semenanjung Guajira di bagian utara.

Jadi, apa yang telah meyihir para pelancong untuk berkunjung ke sana?


Sejumlah wisatawan menyusuri lembah di Gurun Tatacoa


Eksotisme tanah gurun


Di suatu akhir pekan di awal November, hujan deras mengguyur wilayah Gurun Tatacoa, yang terletak di Departement Huila di bagian selatan Kolombia.

Di kala hujan, Carlos Augusto Amaya Olaya, warga setempat yang berprofesi sebagai pemandu wisata, bermurah hati mencarikan penginapan di Villavieja, suatu kota kecil berjarak sekitar satu jam dari ibukota Huila, Neiva, atau enam jam dari Bogota.

Villavieja, yang dalam bahasa setempat berarti "desa tua", adalah kota terdekat dari Gurun Tatacoa.

Penduduk setempat Villavieja mendapat berkah dari kedatangan para wisatawan yang melancong ke Gurun Tatacoa.

Sebagian memilih menjadi pemandu wisata dan menyediakan layanan "ojek", sementara yang lain membuka hostel, rumah makan atau toko cendera mata.

Kamar hostel dan makanan setempat ditawarkan dengan harga yang lumayan terjangkau. Warga setempat pun, seperti Augusto, sangat ramah dan sudah terbiasa dengan orang asing yang datang ke kampung halamannya.


Sebuah kapel di kawasan Gurun Tatacoa


Hujan berhenti mengguyur pada tengah hari. Augusto menyiapkan motor trail miliknya untuk bersama menjelajahi eksotisme pesona Gurun Tatacoa.

Setelah menyeberangi sungai terbesar di Kolombia, Sungai Magdalena di sisi Villavieja, pemandangan pepohonan hijau mulai jarang dan digantikan oleh tanaman kaktus raksasa seiring laju kendaraan meninggalkan kota menuju ke Tatacoa.

Sejumlah kuda dan hewan ternak yang digembalakan tampak bebas berkeliaran di padang rumput di sepanjang jalan.

Setelah kurang lebih 15 menit berkendara, jalan beraspal pun berakhir di wilayah El Cusco, pemberhentian pertama di Gurun Tatacoa.

"Saya turunkan kamu di sini untuk menjelajahi. Lebih baik kenakan sepatu boot karena tanah akan berlumpur setelah hujan tadi malam," kata Augusto.

Gurun Tatacoa memiliki dua warna tanah yang berbeda: merah bata di El Cusco dan abu-abu di Los Hoyos.

Tanah merah bata Gurun Tatacoa tampak kontras dengan birunya langit Kolombia kala itu.


Lanskap Gurun Tatacoa di kawasan El Cusco


Kekuatan alam telah membentuk Gurun Tatacoa menjadi lanskap asing nan menakjubkan.

Air, angin dan terik matahari telah memahat tanah Tatacoa menjadi rangkaian tebing yang seakan tertutup tirai sementara jejak-jejak aliran air berliku-liku di lembahnya.

Lanskap jingga yang kering dan berkerut Tatacoa membentang sejauh mata memandang sedangkan permukaan tanahnya merekah di bawah terik matahari yang memanggang.

Zona yang mengalami erosi dahsyat tersebut lah yang menjadi daya tarik utama di wilayah Gurun Tatacoa yang membentang seluas kurang lebih 330 km persegi di utara Neiva.


Kehidupan nan keras di gurun


Lanskap Gurun Tatacoa bertanah abu-abu


Di atas tanah gurun yang kering tumbuh berbagai keluarga tanaman kaktus, semak berduri dan tanaman xerofit lain yang telah beradaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang memiliki sedikit air.

Gurun tersebut juga menjadi rumah bagi sejumlah spesies laba-laba, kadal, burung hingga ular.

Nama Tatacoa pun diambil dari nama spesies ular derik endemik yang mendiami wilayah tersebut. Konon, cerita rakyat setempat mengatakan jika seseorang memotong kemudian menyimpan bagian ekor ular derik itu, sang ular akan mampu kembali menemukan bagian tubuhnya yang diambil tersebut.

Sejumlah penduduk juga memilih tinggal di wilayah gurun dengan beternak sapi dan kambing serta menyediakan penginapan bagi pelancong yang ingin menghabiskan hari dan malam di gurun.

Sementara di bawah tanah fosil hewan prasejarah seperti buaya, gajah, kura-kura, glyptodon dan megaterium, sejenis kukang tanah raksasa pernah ditemukan oleh para arkeolog.

Fosil hewan-hewan yang diperkirakan hidup jutaan tahun yang lalu tersebut sekarang dipajang di suatu museum paleontologi di depan alun-alun Villavieja.

Para ilmuwan mengatakan jika kawasan Gurun Tatacoa dulunya adalah wilayah yang subur dan rimbun dengan pepohonan. Namun, wilayah tersebut sedikit-demi sedikit berubah menjadi wilayah tandus dan kering seperti sekarang.


Lanskap Gurun Tatacoa bertanah abu-abu


Letak geografis Gurun Tatacoa telah membuat wilayah tersebut tidak hanya kaya akan temuan geologi namun juga pemandangan spektakuler bagi dunia astronomi hingga sebuah observatorium dibangun di El Cusco untuk pengamatan bintang.

Langit malam di Gurun Tatacoa terjauhkan dari pendar lampu kota yang berlebihan yang mengurangi visibilitas bintang dan objek langit lainnya.

Oleh karena itu, Gurun Tatacoa menjadi tempat favorit bagi para ahli astronomi dan pengamat bintang.

Setiap malam mulai jam tujuh, observatorium di Gurun Tatacoa membuka tur yang dipandu oleh ahli astronomi setempat yang kemudian dilanjutkan dengan mengamati bintang dengan teleskop di atap observatorium.

"Hampir mustahil melihat langit malam berbintang di kota-kota besar karena polusi cahaya," kata Carlos Cachope, yang jauh-jauh datang dari Bogota untuk melihat bintang ke Gurun Tatacoa.

Setelah menyelesaikan tur, Carlos pun memutuskan untuk menghabiskan malam berkemah di bawah langit berbintang di gurun.


Tanah yang terlupakan

Hari berikutnya, Augusto kembali bersedia mengantar untuk menjelajahi wilayah gurun yang berwarna abu-abu di Los Hoyos.

Tidak ada batas yang jelas yang memisahkan kedua tanah gurun yang berbeda warna tersebut.

Setelah 40 menit berkendara di jalur berpasir dan berbatu, Augusto menghentikan motornya di suatu gubuk di tengah gurun.

"Kita lanjut jalan kaki dari sini," kata dia.


Sejumlah mobil melintasi kawasan tanah abu-abu Gurun Tatacoa

Tanah di area Los Hoyos berwarna kelabu sejauh mata memandang.

Augusto berjalan menuruni tebing menuju ke tempat yang dia sebut "lembah para hantu".

Cukup membuat bulu kuduk berdiri mendengar nama lembah tersebut di siang bolong. Namun ternyata, lembah tersebut dinamakan demikian karena bagian tebingnya terkisis sehingga membentuk formasi batuan yang mirip dengan segerombolan hantu berjubah putih.

Air dan angin telah mengikis tebing di lembah tersebut menjadi suatu karya seni alam yang menakjubkan.

Wilayah abu-abu Gurun Tatacoa sangat lah luas. Dia menunggu para penjelajah untuk menemukan rahasia alam yang ada di balik tanah kelabunya.


Daerah yang disebut Lembah para Hantu di Gurun Tatacoa


Daratan Gurun Tatacoa dulunya adalah tanah yang terlupakan. "Tidak ada orang yang ingin tinggal di gurun," ingat Augusto.

Namun, seorang wanita bernama Rosalina Martinez de Clevez, yang lahir sekitar 103 tahun yang lalu, merupakan orang pertama yang meletakkan fondasi pariwisata di Gurun Tatacoa.

"Dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya di gurun," kata Augusto.

Rosalina tumbuh dan jatuh cinta dengan Gurun Tatacoa.

Rasa hormat dan kekagumannya akan keindahan dan rahasia Gurun Tatacoa diterjemahkan ke cerita dan narasi yang telah menarik perhatian orang luar untuk datang ke tanah yang terlupakan tersebut.

Dia meninggalkan 13 anak, 12 diantaranya masih hidup di wilayah gurun Tatacoa. Mereka menyimpan kursi roda dan peninggalan-peninggalan Rosalina di rumahnya yang masih sering dikunjungi oleh wisatawan.

Sekarang, anak-anak dan penduduk setempat Villavieja menceritakan kisah keberanian Rosalina sebagai seorang wanita asal Villavieja yang telah menginspirasi hidup mereka serta menghormatinya dengan memberi gelar Sang Ratu Gurun.

Video:

               

Oleh Aditya E.S. Wicaksono
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017