Nusa Dua (ANTARA News) - Sebanyak 21 anggota Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia pada Kamis, di Nusa Dua, sepakat untuk memperluas akses layanan finansial terhadap perempuan yang seringkali kesulitan mendapatkan pinjaman usaha.

"Negara anggota IORA akan berupaya mempromosikan kesetaraan gender dengan menghilangkan hambatan perempuan untuk berpartisipasi dalam ekonomi, seperti akses terhadap layanan finansial," demikian Deklarasi mengenai Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan IORA.

Menurut penelitian Bank Dunia, ada ketimpangan sebesar 20 persen terkait kepemilikan rekening bank bagi perempuan dan laki-laki di negara-negara dunia ketiga. Ketimpangan juga terjadi dalam akses terhadap pinjaman sebesar 17 persen.

Akibatnya, perempuan seringkali kesulitan memulai usaha atau memperluas usaha mereka.

Perempuan seringkali harus menghadapi batasan-batasan seperti syarat izin laki-laki dalam keluarga untuk membuka rekening.

Padahal, perempuan mempunyai peran yang signifikan bagi perekonomian.

Di Indonesia misalnya, sebanyak 51 persen usaha kecil dimiliki oleh perempuan dan mereka berkontribusi sekitar 9,2 persen bagi perekonomian nasional.

"Banyak perempuan di negara-negara anggota IORA yang berpartisipasi dalam ekonomi informal tanpa jaminan sosial yang memadai," demikian deklarasi IORA.

IORA dalam deklarasinya mengakui bahwa permberdayaan ekonomi terhadap perempuan akan memicu investasi yang lebih besar bagi kesehatan dan pendidikan anak-anak--sebuah variabel penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Selain perluasan akses finansial, IORA juga berniat mempromosikan kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan formal dan menghapus semua bentuk kekerasan terhadap kelompok rentan ini.

Isu perempuan di negara-negara pesisir Samudra Hindia pertama kali disuarakan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, yang menilai bahwa enam isu prioritas dalam IORA (di antaranya keamanan dan majamenen perikanan) masih kurang lengkap.

"Saya sadar bahwa isu perempuan ini sulit diperjuangkan di beberapa negara. Namun melalui upaya yang panjang, kami bangga IORA akhirnya menyepakati pentingnya pemberdayaan perempuan," kata Bishop.

Bishop nampaknya menunjuk beberapa negara seperti Iran dan Yaman yang terkenal konservatif dalam memberikan kesetaraan hak terhadap perempuan.

Di Yaman, hanya 35 persen perempuan yang bisa membaca, sementara ketimpangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan mencapai 30 berbanding 100.

Di Iran, menurut organisasi Human Rights Watch, perempuan seringkali dipenjara karena menuntut hak-hak mereka. Pemerintah di negara itu juga melarang layanan medis bagi perempuan yang ingin menghindari kehamilan.

Pewarta: GM Nur Lintang Muhammad
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016