Jakarta (ANTARA News) - Konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) mengemukakan kondisi kelesuan yang dihadapi sektor properti saat ini seperti kondisi yang terjadi pada tahun 2009.

"Saat ini adalah masa yang pernah dialami pada 2009, di mana ada dampak krisis ekonomi global," kata Head of Advisory JLL Vivin Harsanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Menurut Vivin, saat ini pengembang umumnya berperilaku survival mode atau kecenderungan untuk bertahan dalam rangka melewati kelesuan properti sekarang.

Untuk itu, ujar dia, selayaknya pengembang menyusun strategi baru dan mengkaji ulang rencana pengembangan mereka.

Ia memaparkan, langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan antara lain penyesuaian jenis dan kualitas produk, strategi harga, dan insentif.

Selain itu, lanjutnya, perlu pula memikirkan langkah cara pembayaran serta strategi pendanaan proyek dengan melakukan kerja sama baik dengan investor lokal maupun asing. "Kemitraan bersama antara pengembang lokal dengan investor asing sudah ada contohnya," katanya.

Vivin juga mengemukakan bahwa pelaku properti saat ini juga perlu memikirkan waktu yang tepat seperti bila saat ini memiliki dana yang besar maka merupakan waktu yang tepat untuk membeli.

Hal tersebut, lanjutnya, karena pergerakan harga sektor properti saat ini masih melesu sehingga dengan membeli sekarang diharapkan dapat meraih keuntungan saat pergerakan normal.

Apalagi, ia meyakini bahwa Indonesia masih memiliki banyak faktor untuk kembali mendorong dan menggairahkan perekonomiannya.

Sejumlah faktor itu antara lain adalah permintaan domestik yang kuat, populasi yang berjumlah sangat besar, meningkatnya gaya hidup perkotaan kelas menengah, sumber daya alam yang kuat, hingga ketahanan menghadapi krisis finansial global.

"Indonesia tahan banting, ketika 2011 kita bisa mengalami boom period setelah krisis terjadi pada 2009," katanya.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015