Kopenhagen (ANTARA News) - Indonesia dan Denmark merupakan negara yang terbuka untuk melakukan kerja sama, khususnya di bidang-bidang yang menjadi perhatian bersama, meskipun kedua negara bukan merupakan mitra tradisional dan jarak satu sama lain ribuan kilometer.

Hubungan diplomatik Indonesia-Denmark dimulai sejak 1950. Namun, KBRI Kopenhagen sempat ditutup pada tahun 1965 sampai kemudian dibuka kembali pada tahun 1974.

Posisi penting kedua negara secara geoplitis saat ini dapat dijadikan peluang bagi peningkatan hubungan dalam berbagai kerangka kerja sama.

Denmark merupakan negara yang tergabung dalam Nordik dan Uni Eropa dan Indonesia dalam ASEAN. Indonesia dipandang sebagai kekuatan pendorong dalam perhimpunan regional yang beranggota 10 negara itu dan hubungan lebih erat dengan Indonesia sebagai pusat akan membawa kemungkinan-kemungkinan baru bagi produksi di Indonesia.

Sejak bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1973, Denmark menerapkan peraturan dan perundangannya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Uni Eropa walaupun tidak menjadi bagian dari euro zone.

Namun, mata uang danish kroner (DKK) sangat terkait dengan situasi mata uang euro. Perdagangan Denmark dengan dunia dalam lima tahun terakhir berada pada posisi surplus untuk Denmark mencapai 15 miliar dolar AS.

Mitra dagang utama Denmark adalah Jerman dan Swedia. Perdagangan dengan kedua negara ini mencakup sepertiga dari keseluruhan perdagangan Denmark dengan negara-negara lain.

Dengan penduduk 5.580.516 (Januari 2012) dan menganut sistem pasar terbuka serta GDP per kapita mencapai 278.000 DKK (2011) Denmark menyebut dirinya sebagai salah satu "welfare state" di wilayah Skandinavia.

Pertumbuhan ekonoimi berdasarkan "real GDP growth" rata-rata di atas 2 persen. Akan tetapi, pada tahun 2011 hanya 1 persen. Ekspor adalah salah satu elemen penting dalam perekonomian negara ini dengan kelompok komoditas utama ialah produk kesehatan, minyak mentah, turbin angin, dan makanan jadi.

Pada dasarnya perekonomian Denmark ditopang oleh sejumlah perusahaan swasta skala kecil dan hanya sedikit perusahaan.

Terkena dampak krisis global pada tahun 2008/2009 situasi perekonomian Denmark masih belum pulih dari krisis. Namun, IMF menilai Denmark masih berada dalam situasi baik untuk menghadapi tantangan kebijakan makroekonomi dengan rendahnya utang publik, status "net creditor" dan peringkat kredit yang kuat.

Krisis keunagan global di satu sisi dan krisis utang yang masih berlangsung di negara-negara euro zone memengaruhi ekspor Denmark ke pasar tradisionalnya di Eropa.

Data statistik Denmark pada bulan Agustus 2012 memperlihatkan ekspor Denmark ke negara-negara Uni Eropa mengalami penurunan, sementara ekspor ke luar UE, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Indonesia, mengalami peningkatan masing-masing sebesar 15,25 persen, 5,09 persen, dan 54,65 persen.

Hal itu telah membuat Denmark mengubah strateginya untuk mencari pasar ekspor nontradisional dan mempunyai potensi pasar yang tinggi, termasuk Indonesia.

"Emerging Market Strategy for Indonesia adalah salah satu di antara strategi Denmark yang ditujukan ke negara-negara yang perekonomiannya sedang berkembang pesat dalam upaya meningkatkan ekspor produk Denmark dan mengundang investasi asing ke dalam negerinya," kata Duta besar RI untuk Denmark dan Lithuania Prof. Dr. Bomer Pasaribu kepada sejumlah wartawan Indonesia.

Indonesia bersama dengan Korea Selatan, Meksiko, Turki, dan Vietnam, termasuk dalam kategori jajaran pasar yang sedang berkembang pesat dalam strategi tersebut.

Sebagai langkah awal implementasi strategi tersebut, Denmark mengirim delegasi bisnisnya ke negara-negara tersebut mulai 2012.

Khusus ke Indonesia, telah dilaksanakan pengiriman misi daganga dan investasi yang beranggota 16 pengusaha di bawah pimpinan Menteri Perdagangan dan Investasi Denmark ke Jakarta pada bulan Maret 2013.

"Hubungan Indonesia dengan Denmark, khususnya dari tahun ke tahun, menunjukkan perkembangan positif dan produktif," kata Dubes Bomer.

Sebagai puncaknya Ratu Denmark Margaretha II dan suaminya Pangeran Consort akan melakukan kunjungan resmi kenegaraan ke Indonesia pada tanggal 21--26 Oktober.

Beberapa kerja sama antara lain di bidang transportasi, pendidikan, energi, dan perjanjian bebas visa diplomatik dan dinas RI-Denmark akan ditandatangani.

"Sejumlah menteri dan lebih 60 pengusaha dan investor Denmark akan ikut dalam kunjungan bersejarah ini. Semula kami perkiarakan delegasi berjumlah 40 orang," kata dia.

Ditambahkan, kunjungan tersebut menandai 70 tahun kemerdekaan RI dan 65 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Denmark.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia Casper Klynge mengatakan bahwa dalam taklimat kepada beberapa wartawan Indonesia yang diundang ke negaranya menjelang kunjungan tersebut baru-baru ini bahwa pemerintah dan masyarakat industri Denmark ingin berperan lebih besar dalam ekonomi yang sedang tumbuh di Indonesia.

Denmark yang merupakan kekuatan ekonomi terbuka dan terintegrasi dengan sistem global mempunyai sektor swasta yang kuat terdiri atas perusahaan-perusahaan berskala kecil dan menengah (99 persen).

Negara ini ingin meningkatkan ekspornya dua kali lipat ke Indonesia dan mendorong para pengusaha dan investornya untuk memanfaatkan pasar Indonesia. Kopenhagen juga akan fokus pada bidang-bidang kerja sama yang cocok dengan kekuatan yang dimilikinya.

Kerja sama dan kolaborasi lebih erat merupakan jawaban jelas bagi banyak tantangan yang dihadapi kedua negara walaupun jarak yang memisahkannya sekitar 11.000 kilometer.

Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015