Damaskus (ANTARA News) - Anggota kelompok Negara Islam (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS) pada Minggu (4/10) menghancurkan Gerbang Kemenangan kota kuno Palmyra di bagian tengah Suriah, kata kepala museum negara itu.

Gapura yang dibangun pada abad kedua itu dirusak oleh ISIS hanya beberapa pekan setelah kelompok bersenjata itu membuat jebakan di gapura indah itu menurut Maamoun Abdul-Karim, kepala Departemen Museum dan Benda Antik Damaskus, lewat telepon kepada kantor berita Xinhua pada Minggu malam.

"Kami mendapat informasi bahwa IS menggunakan gapura sebagai jebakan, tapi kami tidak pernah berpikir bahwa kegilaan mereka akan membuat mereka benar-benar meledakkannya karena fakta bahwa gapura itu tidak punya tanda atau indikasi religius," katanya tentang kelompok Negara Islam (Islamic State/IS).

"Kami kira pengeboman ditargetkan ke patung-patung, kuil atau makam dan kuburan karena IS menganggap itu sebagai bentuk dari politeisme era pra-Islam. Tapi gapura itu bangunan sipil yang tidak ada hubungannya dengan agama dan kami tidak menduga mereka merusaknya," kata dia.

Gapura itu penting karena dianggap sebagai pintu masuk kota Palmyra dan merupakan salah satu ikon dan tengara indah.

"Kami yakin, menurut kesaksian silang yang kami terima, bahwa pengeboman dilakukan pada Minggu," katanya, lalu menambahkan bahwa ISIS "selama beberapa pekan menggunakan ekskavator di sekitar gapura sebelum menjadikannya jebakan."

Abdul-Karim juga menunjukkan pesimismenya terhadap kelestarian reruntuhan kuno Palmyra yang lain.

"Kami kira seluruh kota Palmyra akan dirusak. Sudah pasti mereka akan merusak seluruh kota setelah belum lama ini meledakkan dua kuil utama, 10 makam dan merusak barang-barang peninggalan sejarah di museum kota," katanya.

"Perusakan gapura hari ini merupakan satu episode dari serangkaian perusakan kota," tambah dia.

Abdul-Karim mendesak komunitas internasional bergerak dengan "alat nyata" untuk menyelamatkan kota dan menambahkan bahwa "perang di Palmyra adalah perang budaya, bukan politik."

Sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kelompok pengawas yang berbasis di Inggris, menyatakan bahwa ISIS meledakkan tiga gapura di Palmyra, hanya menyisakan satu tiang.

Menurut Observatorium, peledakan gapura kemungkinan dilakukan karena simbol-simbol dan tulisan pada gapura-gapura tersebut.

Sejak merebutnya akhir Mei, kelompok berlabel teror itu merusakan penjara militer kota dan beberapa makam Islam.

ISIS juga melakukan eksekusi publik terhadap para tentara dan orang-orang yang dituduh bekerja untuk pemerintah.

Mereka terakhir mengeksekusi Khaled Asaad, seorang arkeolog kenamaan Suriah yang tinggal di Palmyra hampir sepanjang hidupnya dan mendedikasikan karirnya untuk mempelajari situs arkeologi Palmyra.

Palmyra mencakup reruntuhan monumental dari kota besar yang merupakan salah satu pusat budaya kuno terpenting di dunia.

Suriah memiliki banyak peninggalan prasejarah serta warisan budaya Yunani, Byzantium dan Islam.

Sebelum krisis, Suriah menarik banyak misi arkeologi multinasional yang ingin mencari petunjuk fakta sejarah tentang perkembangan peradaban, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015