Wang Kelian, Malaysia (ANTARA News) - Polisi Malaysia mulai membongkar kuburan di kamp-kamp yang diduga menjadi tempat penampungan korban perdagangan manusia pada Selasa (26/5), sementara pesawat Thailand mencari ribuan migran yang diduga masih terdampar di Laut Andaman.

Kepolisian Malaysia menyatakan seluruh 139 kuburan ditemukan di dekat 28 kamp yang ditinggalkan dekat perbatasan Thailand.

Lebih 3.500 migran ekonomi Bangladesh dan warga Rohingya dari Myanmar telah tiba di wilayah Thailand, Malaysia dan Indonesia dalam beberapa pekan baru-baru ini.

Uskup Afrika Selatan dan Pemenang Hadiah Nobel Desmond Tutu pada Selasa menyerukan bantuan internasional untuk Myanmar yang terkait dengan nasib minoritas Muslim Rohingya, yang berbondong-bondong melarikan diri dari negeri itu.

"Kita punya tanggung jawab ... untuk mengambil sikap bersama mengumpulkan dana bagi pembangunan Myanmar mengenai restorasi kewarganegaraan, kebangsaan, dan hak-hak dasar bagi Rohingya," kata dia dalam konferensi di Oslo.

Pemerintah Myanmar memandang etnis minoritas Rohingya yang berjumlah 1,3 juta sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, negara tetangganya, yang menolak sebagian besar dari mereka sebagai warga negaranya.

Satu pawai yang dilakukan nasionalis pemeluk agama Buddha direncanakan pada Rabu di Yangon untuk memprotes tekanan internasional guna menyediakan bantuan bagi mereka.

Nasib mereka yang memutuskan melarikan diri dibawa ke pusat salah satu kamp di bagian utara Malaysia pada Selasa.

Para wartawan melihat personel kepolisian menggali sebuah kuburan, mengeluarkan satu jasad yang sudah dibalut kain kafan.

"Kami menemukan 37 makam (di satu kamp) tetapi sejauh ini kami hanya menemukan satu jasad sejauh ini," ujar Muhammad Bahar Alias, seorang personel polisi, seperti dilansir kantor berita AFP.

Kamp di pegunungan itu tampak telah dibersihkan dari sebagian besar barang bukti yang mengindikasikan apa yang terjadi, tapi masih ada rahang bagian bawah dengan gigi-geligi di sana.

Penemuan tempat-tempat serupa di Thailand pada awal Mei mendorong polisi melancarkan penumpasan rantai penyelundupan manusia dari Bangladesh dan Myanmar yang masuk ke Thailand dan melintasi perbatasan darat menuju Malaysia.

Ratusan migran dalam keadaan lapar yang menumpang kapal-kapal masih terapung-apung di laut, walau Malaysia dan Indonesia baru-baru ini setuju mengizinkan kapal-kapal mendarat.

Kepolisian Malaysia mengatakan masih belum tahu dengan jelas berapa banyak mayat dikubur di hutan lebat yang berjarak beberapa meter dari Thailand.

Sebelum penemuan kuburan-kuburan itu, para pejabat pemerintah telah menolak pandangan bahwa tempat-tempat seperti itu ada di wilayah Malaysia.(Uu.M016)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015