PBB, New York (ANTARA News) - Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada Selasa (3/3) melaporkan sebanyak 16.000 warga Nigeria telah menyelamatkan diri ke wilayah utara-jauh Kamerun, pada akhir pekan untuk menghindari bentrokan di bagian timur-laut Nigeria.

"Mulai besok, Badan itu akan bekerja sama dengan Kamerun guna merelokasi pengungsi ke satu tempat persinggahan di Kousseri, 90 kilometer dari perbatasan," kata Vannina Maestracci, Wakil Juru Bicara PBB, dalam satu taklimat harian di Markas Besar PBB, New York.

Ditambahkannya, "Semua pengungsi ini kemudian akan dipindahkan ke satu kamp di Minawao.

"Mengingat situasi keamanan yang berkembang dan prospek mengenai kedatangan pengungsi lain, kemungkinan untuk mendirikan kamp kedua pengungsi sedang dipertimbangkan," kata wanita juru bicara tersebut, yang mengutip UNHCR.

Pemerintah Kamerun telah mengawasi arus pengungsi yang terus mengalir melalui wilayah perbatasan "yang sangat mudah bergolak", Makaria, Logone Birni dan Fotokol, tepat di sebelah selatan Danau Chad. Kondisi itu membuat wilayah perbatasan tersebut jadi rentan terhadap serangan dari kelompok gerilyawan fanatik Nigeria, Boko Haram, demikian laporan PBB.

Bentrokan antara anggota Boko Haram dan pasukan Pemerintah Nigeria telah meningkat selama beberapa pekan belakangan, demikian laporan Xinhua. Pertempuran tersebut telah merembes ke seberang perbatasan dan makin luas.

Selama beberapa pekan belakangan saja, petempur Boko Haram juga telah melancarkan serangan mematikan terhadap warga sipil di Chad, Kamerun dan Niger.

Lonjakan pertempuran di seluruh wilayah itu telah sangat menghambat upaya untuk memberi bantuan kemanusiaan kepada mereka yang memerlukan.

UNHCR bekerja sama dengan Pemerintah Kamerun untuk merelokasi pengungsi sesegera mungkin dari daerah konflik aktif ke daerah persinggahan yang terletak tidak jauh dari sana. Namun, akibat situasi yang tidak stabil, pengungsi tersebut sulit dicapai.


Situasi keamanan yang berkembang dan kemungkinan kedatangan pengungsi lain telah meningkatkan keperluan untuk membuat kamp baru agak jauh dari perbatasan --yang tidak aman.

Krisis pengungsi itu juga mengganggu kestabilan ekonomi di daerah tersebut. Menurut penilaian kerentanan dan keamanan pangan Program Pangan Dunia di Niger pada November 2014, sebanyak 52,7 persen rumah tangga pengungsi dan keluarga penampung mereka menghadapi kerawanan pangan parah (14 persen) atau moderat (38,7) dan memerlukan bantuan pangan.
(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015