Pembaca yang baik tidak menerima mentah-mentah informasi yang disampaikan media massa tertentu

Tanjungpinang (ANTARA News) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Batam mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya berita yang disampaikan di media massa agar tidak tergiring pada kepentingan tertentu.

"Di Kepulauan Riau (Kepri) banyak media massa. Masyarakat dapat lebih kritis membaca berita di koran, situs online, radio dan media televisi," kata Ketua AJI Batam M Zuhri dalam dialog kebangsaan penguatan nilai-nilai kebangsaan kepada jurnalis di aula Asrama Haji Tanjungpinang, Sabtu.

Ia mengimbau pembaca tidak hanya percaya pada berita yang disiarkan oleh satu berita, terutama berita yang berhubungan dengan berbagai permasalahan yang terjadi di Kepri maupun berita berskala nasional dan internasional. Pembaca yang baik harus bisa memverifikasi informasi yang diberitakan di media massa.

"Pembaca yang baik tidak menerima mentah-mentah informasi yang disampaikan media massa tertentu, melainkan dapat menambah wawasan dengan membaca media lainnya," ujarnya.

Ia mengemukakan ada media massa yang menyiarkan berita tidak jujur. Berita tersebut melahirkan fitnah yang meluas dan meresahkan masyarakat.

"Informasi yang tidak benar melahirkan fitnah, yang merugikan pembaca," katanya.

Zuhri menegaskan media massa hanya seperti alat untuk mempublikasikan informasi yang terjadi di suatu daerah. Media massa merupakan perusahaan yang membutuhkan pendapatan.

"Harus ada perimbangan, batas-batas antara kepentingan bisnis dengan independensi media massa," ucapnya.

Namun yang perlu diketahui masyarakat, media massa dibangun oleh pengusaha dan politikus.

Bahkan beberapa partai politik juga memiliki media massa.

"Media massa itu hanya alat, tidak salah. Tetapi yang salah itu berita-berita yang disajikan sulit terlepas dari kepentingan pemilik modal, yang memiliki kepentingan politik," katanya.

Di sisi lain, para jurnalis tidak dapat melaksanakan tugas-tugas jurnalistik secara independen bila bekerja di media massa yang tidak independen. Padahal jurnalis merupakan profesi mulia, yang diharapkan masyarakat dapat memiliki kepentingan politik maupun kepentingan lainnya.

"Ini merupakan persoalan serius yang harus diselesaikan," ujarnya.

Salah seorang peserta dialog, Maria mengatakan peran media massa sangat penting. Jurnalis seharusnya menjadi ujung tombak pembangunan, membela kepentingan bangsa dan negara.


"Yang terjadi sekarang justru tidak seperti itu. Banyak wartawan melupakan itu. Karena itu dialog ilmiah ini menarik untuk mendorong wartawan dapat bekerja secara profesional dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara," katanya.

Saat ini, lanjutnya, kondisi jurnalis semakin parah. Fakta mengejutkan, sejumlah orang memilih profesi itu sebagai tempat pelarian.

"Kasihan jurnalis, profesi mulia dijadikan sebagai batu lompatan," katanya.

Narasumber lainnya dosen jurnalistik Universitas Maritim Raja Ali Haji Robby Patria mengatakan jurnalis harus bekerja secara profesional. Salah satu tujuan reformasi, melepaskan wartawan dari belenggu yang dilakukan pemerintah.

"Ekspektasi masyarakat sangat besar terhadap jurnalis. Ini yang seharusnya diperhatikan pemilik media massa," ungkapnya yang juga mantan wartawan dan aktivis AJI Batam.

Informasi yang disampaikan jurnalis melalui media massa merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Setiap saat masyarakat haus terhadap informasi yang disajikan.

"Berita yang disajikan media massa dapat mempengaruhi masyarakat. Karena itu berita yang baik adalah berita yang jujur, menjunjung tinggi kode etik dan etika jurnalistik," katanya.



Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015