Yogyakarta (ANTARA News) - Naga batik sepanjang 168 meter akan diarak oleh sekitar 250 prajurit TNI Angkatan Udara untuk memeriahkan pembukaan Pekan Budaya Tionghoa X di Malioboro, Yogyakarta, pada 1 Maret 2015.

"Naga batik tersebut akan menjadi naga terpanjang di dunia dan diharapkan bisa memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri)," kata Ketua Panitia Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) X Tri Kirana Muslidatun di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, naga batik yang disiapkan untuk diarak dalam acara tersebut merupakan naga pengganti naga lama yang panjangnya 132 meter, yang telah dibakar lalu dilarung di Pantai Parangtritis Bantul.

Naga batik tersebut dibuat dengan biaya sekitar Rp100 juta dalam waktu dua bulan. Kain batik akan digunakan di bagian kepala dan ekor naga, sedang badan tetap menampilkan kekhasan naga, sisik.

Pada pembukaan Pekan Budaya Tionghoa X yang dikemas dalam kirab budaya itu, juga akan digelar Jogja Dragon Festival IV memperebutkan Piala Raja Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Saat ini sudah ada 15 kelompok yang akan tampil dalam festival tersebut. Peserta tidak hanya berasal dari Yogyakarta saja, tetapi ada pula peserta dari Kabupaten Magelang, dan Salatiga, Jawa Tengah.

"Selama karnaval budaya berlangsung, Jalan Malioboro akan ditutup. Penutupan dilakukan mulai pukul 18.00 WIB sampai 23.00 WIB," katanya.

PBTY X akan berlangsung lima hari pada 1-5 Maret 2015 di Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta, dengan berbagai acara seperti bazaar makanan, pameran budaya, atraksi naga barongsai, pertunjukkan wayang po tay hee dan wayang China Jawa (wacinwa).

Seksi Acara Panitia PBTY X Anggi Minarni mengatakan pertunjukan wacinwa akan menjadi pertunjukan perdana kesenian yang sudah jarang dimainkan itu di arena PBTY.

"Akan ada pertunjukan wacinwa yang mengadopsi cerita tiga negeri. Selain itu juga akan dipamerkan wacinwa yang menjadi koleksi Museum Sono Budoyo Yogyakarta," katanya.

Ia berharap kegiatan rutin tahunan tersebut tetap menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengunjungi Yogyakarta.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015